Nama lain dari Curug Cibolang adalah Curug Tujuh. Sesuai dengan namanya curug ini mempunyai 7 (tujuh) buah air terjun (curug) yang tersebar dan tidak berjauhan letaknya. Bahkan curug 4 dan 5 letaknya berdampingan hanya terpisah kurang lebih 2 meter jaraknya, sehingga dengan demikian untuk dapat menikmati keindahan dan keasrian ketujuh air terjun tersebut, adalah dengan cara mengitari bukit, menapaki jalan setapak mulai dari kaki ke puncak bukit dan kembali lagi.
Setiap curug ini memiliki nama yaitu, Curug Satu, Curug Dua, Curug Tiga, Curug Cibolang, Curug Cimantaja, Curug Cileutik dan Curug Cibuluh. Ketujuh curug ini mengalirkan air ke sungai Cibolang dan Cimantaja.
Curug ini berada di dalam Kawasan Wana Wisata Curug Tujuh di RPH Panjalu BKPH Ciamis KPH Ciamis, dengan luas sekitar 40 ha yang dikelilingi Bukit Ciparang dan Cibolang di kaki Gunung Sawal. Kawasan ini terletak pada ketinggian antara 800-900 m dpl dengan suhu udara berkisar 17-18C.
Keberadaan Curug ini mempunyai kelebihan jika dibandingkan dengan kebanyakan air terjun lain pada umumnya, karena air terjun ini tidak pernah surut sekalipun di musim kemarau, dan air yang mengalir mengandung unsur belerang yang berkhasiat untuk penyembuhan beberapa penyakit.
Legenda
Sumber air curug ini berasal air Cimantaja yang menurut mitos bahwa cimantaja yang berarti air mata raja. Konon dahulu kala ada sorang penguasa atau raja yang pada suatu waktu merasa sangat prihatin melihat keadaan diwilayahnya akibat kemarau panjang. Air tidak ada dan tanah kering kerontang, sehingga rakyatnya dirundung sengsara berkepanjangan. Sang raja kemudian bertapa untuk memohon supaya diturunkan hujan agar keadaan negerinya pulih seperti sedia kala. Namun usahanya itu tidak mendapat jawaban dari pernguasa alam. Karena tak membuahkan hasil hati sang raja merasa sedih dan kesedihannya itu membuat sang raja menangis. Saat itulah keajaiban terjadi, air mata raja yang terus turun perlahan-lahan berubah menjadi genangan air jernih dan semakin membesar sehingga membentuk aliran air yang akhirnya terpecah dan jatuh di tujuh buah tebing. Berkat air curug tersebut keadaan negara pun kembali sejahtera.
Curug Cibolang
Setelah membeli karcis dan masuk pintu di pintu gerbang langsung akan ditemui jalan setapak berbatu yang menanjak dengan bentuk tangga. Kemiringan jalan ini mencapai hampir 45 derajat. Di ujung tangga ini akan ditemui percaangan jalan dengan papan petunjuk lokasi curug Cibolang berada. Untuk curug satu hingga lima ke arah kanan sedangkan curug enam dan tujuh ke arah kiri.
Kita mulai dari curug satu, dari tempat petunjuk arah tadi kita harus berjalan lagi sekitar 5 menit jarak yang harus ditempuh antara curug satu dengan yang lainnya, kecuali curug satu & dua dan Curug empat & Curug lima karena berdekatan lokasinya. Curug satu adalah curug yang paling besar dengan ketinggian hampir mencapai 120 meter dengan lebar sekitar 15-20 meter dan disisi kirinya terdapat tebing datar, sedangkan lokasi curug dua berada dibawahnya tapi menurut saya sih ga terlalu keliatan curug ke-2 ini.
Untuk menuju curug selanjutnya kita harus melewati curug satu jadi mau ga mau kita akan merasakan segarnya air curug dan bagi yang mau berendam atau dipijat oleh jatuhan air bisa juga. Dan konon kabarnya di salah satu curug ini ada yang yang mempunyai khasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit kulit. ”Karena air terjun yang mengalir berasal dari kawah Gunung Sawal diketahui mengandung belerang.
Selanjutnya kita akan mengunjungi curug tiga sampai lima. Dua curug pertama yang akan kita jumpai selanjutnya adalah curug empat (Curug cibolang), loh kenapa curug tiganya dilewat? Bukan dilewat sih tapi Karena memang posisi curugnya yang berjajar dari curug tiga sampai lima dan posisi curug tiga ini berada di atas curug empat, sedangkan curug lima berada dibawahnya curug empat seperti curug satu & dua yang lokasinya berdekatan.
Curug keempat (Curug Cibolang) mempunyai ketinggian sekitar 30-50 meter dengan lebar kira-kira 5 m, namun yang menjadi cirinya adalah curug ini bertingkat walaupun tingkatannya pendek. Selanjutnya Curug kelima atau Curug Cimantaja, terletak di bawah curug keempat, disebut demikian konon katanya berasal dari kata Cimata Raja atau air mata Raja, posisinya mirip dengan curug kedua yang berada dibawah dan tidak terlihat.
Selanjutnya ke curug ketiga, terletak di atas curug keempat, dengan kondisi jalan sedikit menanjak. Di curug ini kondisinya hampir sama dengan curug keempat, namun yang membedakan disini terdapat banyak batu-batuan dan rimbunnya pohon, selain itu seringkali terlihat pelangi di curug ini.
Selanjutnya curug keenam (Curug Cileutik) dan ketujuh (Curug Cibuluh) memiliki ketinggian tidak terlalu tinggi, hanya sekitar 30 m saja. Untuk kondisi jalan menuju kesana sangat licin dan cukup berbahaya, disarankan untuk tidak kesana bila kurang berpengalaman. Setelah melakukan perjalanan beberapa menit menyusuri jalan setapak tibalah di curug keenam yang berbentuk menyerupai huruf S. Adapun letak curug ketujuh berada di bawah curug keenam. Di curug ketujuh ini terdapat kolam kecil berukuran 3 m berbentuk setengah lingkaran dengan airnya berwarna kehijauan.
Tak jauh dari curug keenam dan ketujuh ini terdapat lokasi wisata berupa Batu Kereta Api. Disebut demikian karena memang bentuk batunya yang besar-besar seperti gerbong kereta dan berjejer kebelakang sebanyak 12 buah. Sayangnya untuk mencapai lokasi ini cukup sulit karena kondisi jalannya yang masih berupa tanah merah serta harus dipandu penduduk setempat karena memang terpencil letaknya.
Lokasi
Terletak di Kampung Nanggela, Desa Sandingtaman, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat.
Peta dan koordinat GPS: 108.193176,-7.06964,0
Aksesbilitas
Berjarak kurang lebih 35 km arah utara kota Ciamis atau 5 km dari kecamatan Panjalu. Wana wisata ini dapat dicapai dari arah barat dari Kecamatan Panjalu atau kota Bandung melalui Malangbong, Ciawi dan Rajapolah. Sedangkan dari arah timur dari Kabupaten Ciamis melalui kecamatan Kawali. Kondisi jalan pada umumnya beraspal dan dapat dilalui kendaraan roda empat dan roda dua baik kendaraan umum atau pribadi.
Jika berangkat dari arah barat (arah Bandung) setelah melewati kecamatan Ciawi akan ditemui jalan percabangan dimana ke kiri menuju kota Tasikmalaya, sedangakan arah lurus (melewati over pass) menuju arah Rajapolah yang selanjutnya ke kota Ciamis. Sesampainya di daerah gentong, kira-kira lima menit dari percabangan tadi, ambil belokan ke kiri di pertigaan SPBU Gentong untuk menuju Panjalu.
Ikuti saja jalan ini, dikenal dengan jalan raya Panjalu - Kawali, melewati Situ Panjalu,
Bila kita berasal dari arah Bandung kita dapat mengambil jalur ke arah Limbangan tepatnya mengambil arah kiri saat bertemu persimpangan jalan di daerah Nagrek, melewati daerah gentong dan berbelok ke kiri kira-kira lima menit dari SPBU Gentong untuk menuju Panjalu atau dikenal dengan jalan raya Panjalu – Kawali. Jalanan disini memang baik hanya saja kita harus hati-hati karena terkadang kendaraan roda dua suka tiba-tiba muncul. Melewati alun-alun Panjalu, hingga kita harus berbelok ke Kampung Cipicung desa sandingtaman hingga menuju Kampung Nanggela.
Setelah sampai di Desa Sandingtaman akan dijumpai plang menuju arah curug ini, letaknya di sebelah kanan jika dari arah Panjalu atau Bandung. Masuk ke Kampung Cipicung Desa Sandingtaman perjalanan diteruskan menuju Kampung Nenggala hingga pintu gerbang kawasan Curug Cibolang. Jarak menuju pintu ini sekitar 20 menit atau kurang lebih 10 km dari jalan raya utama. Kondisi jalan menuju kawasan ini beraspal dan cukup baik, akan tetapi berliku-lik
Bagi yang menggunakan kendaraan umum dapat naik dari terminal Ciamis jurusan Kawali-Panjalu, atau langsung dari Bandung jurusan Ciamis via Panjalu. Kendaraan umum yang ada adalah jenis elf dan hanya mencapai jalan raya utama. Untuk menuju pintu gerbang kawasan, perjlanan diteruskan dengan menggunakan ojek yang banyak tersedia di pertigaan jalan masuk ke desa Sandingtaman.
Tiket dan Parkir
Tiket masuk adalah Rp 3500/orang. Biaya parkir Rp 2000 untuk kendaraan roda dua dan Rp 3000 hingga Rp 5000.
Akomodasi dan Fasilitas
Jenis fasilitas yang tersedia antara lain loket karcis, papan petunjuk, pos jaga, tempat parkir, MCK, bangku, pusat informasi, tempat sampah, jalan setapak, mushola, bumi perkemahan seluas kurang lebih 2 ha, shelter dan areal api unggun.
u dan menanjak. Kesulitan terjadi manakala bila berpapasan dengan angkutan lain dari arah berlawanan, hal ini dikarenakan jalan tersebut cukup sempit dengan lebar sekitar hanya 3 m.