
Jembatan Cirahong terletak di perbatasan Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis, melintang diatas sungai Citanduy yang merupakan batas antara kedua kabupaten tersebut. Tidak terlalu susah untuk mencapai jembatan ini.
Dari arah kota Tasikmalaya, setelah melewati Polres Ciamis (di kanan jalan) kita akan menemui SPBU, pada sisi yang sama dengan Polres. Tepat sebelum SPBU tersebut, ada jalan masuk. Ikuti saja jalan itu. Jika tertemu perempatan, ambil lurus saja.
Sedangkan jika lewat Manonjaya, setelah melewati kota Manonjaya, akan terdapat belokan ke kiri dengan penunjuk arah Ciamis via Cirahong. Ikuti saja jalan tersebut.
Jembatan Cirahong ini cukup unik, karena selain untuk lewat kendaraan bermotor, jembatan ini sekaligus digunakan sebagai jembatan untuk kereta api. Bagian bawah untuk kendaraan bermotor dan bagian atas untuk kereta api. Unik bukan? Jembatan seperti ini tidak banyak, bahkan ada yang mengatakan bahwa jembatan Cirahong merupakan jembatan gendong atau jembatan paralel satu-satunya. Apakah memang demikian saya tidak tahu, mungkin teman-teman bisa mengkonfirmasi kebenarannya.
Jembatan Cirahong dibangun mulai tahun 1893 (ada yang menyebut 1894) yang merupakan bagian dari pembangunan jalur kereta api sepanjang pulau Jawa. Jembatan ini tak lepas dari peran RAA Kusumadiningrat, yang pada saat pembangunan jembatan ini sebenarnya telah pensiun sebagai bupati. RAA Kusumadiningrat (a.k.a Kanjeng Prebu) memimpin Galuh Ciamis pada tahun 1839-1886, dan berhasil membawa Galuh Ciamis pada jaman keemasannya. Rencana awal jalur kereta api adalah melintas sejajar sungai Citanduy di sisi selatannya. Melintasi Tasikmalaya, Manonjaya, Cimaragas, Banjar. RAA Kusumadiningrat melihat bahwa Ciamis sebagai ibu kota kabupaten, dan berpenduduk lebih banyak, seyogyanya dilintasi jalur kereta api, dari pada Cimaragas yang berpenduduk sedikit. Oleh karena itu RAA Kusumadiningrat melakukan loby kepada pemerintah Belanda agar jalur kereta api dibelokkan dan melewati kota Ciamis. Setelah melalui lobi yang cukup panjang, akhirnya pemerintah Belanda menyetujui perubahan rencana ini, meskipun dengan konsekuensi biaya yang cukup besar.
Jembatan Cirahong mempunyai bentang 202 m (ada yang menyebutkan 200 m) dan terbuat dari besi-besi baja yang sangat banyak dan cukup rapat. Saking rapatnya, jembatan ini tampak menyerupai tunnel namun menggantung diatas sungai, bukan menembus bukit/gunung.
Jembatan ini cukup sempit, sehingga hanya kendaraan kecil saja yang bisa melintasi, itupun bergantian, karena tidak mungkin berpapasan. Untuk itu penduduk sekitar bergantian menjaga mulut jembatan dan mengatur arus kendaraan yang melintas. Tidak ada ketentuan berapa kita ”harus” memberi ”tips” tanda terima kasih, serela kita saja.
Meskipun ditopang rangkaian baja yang sangat kokoh, namun papan-papan kayu tempat kita melintas tampak sudah rapuh dan di beberapa bagian sedikit berlubang/renggang dan ketika kita lewati terasa bergerak-gerak serta mengeluarkan suara-suara yang cukup keras. Sedikit mengerikan.
Oh ya, sekedar tambahan info, jembatan ini pernah menjadi tempat shooting acara tentang hal-hal diluar nalar kita. Jika penasaran isinya, silakan bisa di-search di youtube, dengan kata kunci jembatan Cirahong.
Jembatan Cirahong, jembatan yang indah, eksotis, namun sedikit mengerikan.
sumber:http://albertobroneo.wordpress.com/2012/08/13/jembatan-cirahong/