Karang kamulyan sangat identik dengan ciung wanara,siapakah ciung wanara ini? Berdasarkan cerita turun temurun,ciung wanara merupakan anak dari Prabu Adimulya Sanghyang Cipta Permana Di Kusumah dan permaisuri nya Dewi Naganingrum. Mendekati ajal tiba Sang Prabu mengasingkan diri dan kekuasaan diserahkan kepada patih Bondan Sarati dalam memerintah sang patih sangat otoriter dan tidak bijak sana,hanya mementingkan diri sendiri.singkat cerita Masa kecil Ciung Wanara dibesarkan oleh kakeknya Aki Balangantrang. Setelah dewasa, Ciung Wanara dijodohkan dengan cicit Demunawan bernama Dewi Kancana Wangi, dan dikaruniai puteri yang bernama Purbasari yang menikah dengan Sang Manistri atau Lutung Kasarung.
Karena perbuatan nya yang merugikan rakyat,maka ciung wanara bertekad merebut kembali tampuk kekuasaan dari sang patih.Dalam usahanya merebut kerajaan Galuh dari tangan Sang patih, Ciung Wanara dibantu oleh kakeknya yaitu Aki Balangantrang yang mahir dalam urusan peperangan dan kenegaraan bersama pasukan Geger Sunten. Perebutan kerajaan ini konon tidak dilakukan dengan peperangan, tapi melalui permainan sabung ayam yang menjadi kegemaran raja dan masyarakat pada saat itu. dan akhir nya Ciung Wanara memenangkan permainan ini dengan mudah.
Ciung Wanara memerintah selama 44 tahun (739-783 Masehi), dengan wilayah dari Banyumas sampai dengan Citarum, selanjutnya setalah Ciung Wanara melakukan manurajasuniya (mengakhiri hidup dengan bertapa), maka selanjutnya kerajaan Galuh dipimpin oleh Sang Manistri atau Lutung Kasarung, menantunya. Ciung Wanara disebut juga Sang Manarah, atau Prabu Suratama, atau Prabu Jayaprakasa Mandaleswara Salakabuwana.
kembali ke lokasi situs karang kamulyan,sesampai nya di lokasi para pengunjung dapat menikmati berbagai peninggalan bersejarah, yang pertama di temui ialah pangcalikan atau palinggihan, Pelinggihan merupakan sebuah batu bertingkat-tingkat berwarna putih, berbentuk segi empat, secara sepintas bentuk nya menyerupai yoni yang di balik sehingga di gunakan sebagai altar di sekeliling nya di tambahai beberapa batu kecil,sehingga memberi kesan seperti sebuah dolmen (kubur batu). Letaknya berada dalam sebuah struktur tembok yang lebarnya 17,5 x 5 meter.
tempat selanjutnya ialah Sanghyang Bedil, merupakan suatu ruangan yang dikelilingi tembok berukuran 6,20 x 6 meter. Tinggi tembok kurang lebih 80 cm. Pintu menghadap ke arah utara, di depan pintu masuk terdapat struktur batu yang berfungsi sebagai sekat. Di dalam ruangan ini terdapat dua buah menhir yang terletak di atas tanah, masing-masing berukuran 60 x 40 cm dan 20 x 8 cm. Bentuknya memperlihatkan tradisi megalitikum. Menurut kepercayaan masyarakat, Sanghyang Bedil kadangkala dapat dijadikan sebagai pertanda akan datangnya suatu kejadian, masyarakat setempat juga menyimpulkan bahwa sangyhang bedil merupakan perlambang hawa nafsu.tidak jauh dari lokasi ini terdapat penyabungan ayam,konon kabar nya di sinilah tempat ciung wanara melakukan adu ayam dengan sang patih,selain itu tempat ini di percaya sebagai sarana pemilihan raja secara demokratis.
Peninggalan selanjut nya berupa stupa,. Bentuknya indah karena dihiasi oleh pahatan-pahatan sederhana yang merupakan peninggalan Hindu. Letak batu ini berada di dalam struktur tembok yang berukuran 3 x 3 x 0.6 m. Di tempat ini terdapat dua unsur budaya yang berlainan yaitu adanya kemuncak dan struktur tembok. Struktur tembok yang tersusun rapi menunjukkan lapisan budaya megalitik, sedangkan kemuncak merupakan peninggalan agama Hindu. Masyarakat menyebutnya sebagai lambang peribadatan atau lambang keagamaan, karena dilihat dari bentuknya yang mirip dengan stupa.
baca juga karangkamulyan2